Jika orang dihadapkan pada pilihan menjadi pebisnis atau PNS, sudah lazim orang zaman sekarang akan memilih menjadi PNS. Kemudahan fasilitas dan jaminan hari tua menjadi motivasi bagi para pencari kerja untuk berlomba agar lolos saringan penerimaan PNS. Belum lagi mendapat status terhormat di mata masyarakat akan profesi yang menjadi idaman itu. Maklum, dibanding di Amerika Serikat di mana wiraswasta mendapat posisi terhormat di mata masyarakat dan negara, di Indonesia justru terbalik.
Kisah ini menceritakan cara berpikir yang aneh dari seorang buruh bangunan bernama Amat. Tapi pilihannya yang nyeleneh itu tidak membuat hidupnya susah. Malah lebih dari cukup. Tinggal di rumah asri yang dibangunnya sendiri dengan anak-anak yang telah mandiri dan berkeluarga. Dan terutama, di usianya yang berkepala enam, Pak Amat boleh dikatakan mapan kalau tidak bisa disebut kaya raya (relatif sih), dan menjadi pemilik sebuah perusahaan property yang menghidupi puluhan kepala keluarga.
Berawal setelah lulus STM, Pak Amat bekerja sebagai pegawai kecil di instansi pemerintah Departemen Kesehatan di Jambi sekitaran 1970an. Ia bekerja dengan tekun dan disiplin. Ia berhasil diangkat menjadi PNS dua tahun kemudian. Namun di tahun ke-4 hidupnya tak juga berubah. Pas-pasan. Sementara kebutuhan hidup makin lama makin meningkat, seiring bertambahnya jumlah anggota keluarga.
Bingung dengan kondisi seperti itu, ditambah dengan kegelisahan yang menghantui akibat tak dapat menyalurkan bakatnya di bidang bangunan yang sesuai dengan pendidikannya itu, akhirnya Pak Amat berani mengambil keputusan untuk mengubah hidupnya. Ia dengan berani mengundurkan diri sebagai PNS, sebuah langkah yang mungkin dianggap gila di zaman sekarang.
Pak Amat memutuskan untuk membantu bisnis pamannya seorang pemborong di bidang perumahan. Ia bekerja dengan penuh semangat karena ia memang terlatih di bangku sekolah sebagai pekerja bangunan atau membuat bangunan. Sedikit demi sedikit ia meyerap ilmu dan trik bisnis property. Bekerja dan belajar. Ia baru memutuskan menjadi pemborong secara mandiri setelah merasa siap dan paham seluk beluk pekerjaan di bisnis properti.
Ia pindah ke kota yang baru berkembang di Kepulauan Riau untuk memperbesar usahanya. Ia memilih pekerjaan pembangunan dan rehab rumah pribadi karena untuk langsung bermain skala besar saingan dan modal sungguh berat. Sementara itu ia hanya pendatang yang memiliki skill terbatas.
Pak Amat berusaha meningkatkan kualitas pekerjaannya dari waktu ke waktu. Juga mengikuti trend dan model bangunan terbaru. Ia bekerja dengan memegang teguh prinsip kejujuran. Denga modal itu, pelanggannya dan relasi makin bertambah. Apalagi pelanggan lama merekomendasikan Pak Amat dari mulut ke mulut. Pak Amat akhirnya membentuk perusahaan resmi dan berbadan hukum agar mampu meraih pasar yang lebih besar.
Dengan semangat dan kerja keras yang dilakukan sesuai dengan bakat dan keahliannya dalam bidang properti, pak Amat berhasil menjadi pengusaha yang mapan. Ia berhasil menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang perguruan tinggi, salah seorang meneruskan usahanya.
Untuk kenyamanan hidupnya, pak Amat menyimpan kekayaannya dalam berbagai instrumen investasi, terutama ruko, tanah, dan rumah kontrakan.
Kisah ini menceritakan cara berpikir yang aneh dari seorang buruh bangunan bernama Amat. Tapi pilihannya yang nyeleneh itu tidak membuat hidupnya susah. Malah lebih dari cukup. Tinggal di rumah asri yang dibangunnya sendiri dengan anak-anak yang telah mandiri dan berkeluarga. Dan terutama, di usianya yang berkepala enam, Pak Amat boleh dikatakan mapan kalau tidak bisa disebut kaya raya (relatif sih), dan menjadi pemilik sebuah perusahaan property yang menghidupi puluhan kepala keluarga.
Berawal setelah lulus STM, Pak Amat bekerja sebagai pegawai kecil di instansi pemerintah Departemen Kesehatan di Jambi sekitaran 1970an. Ia bekerja dengan tekun dan disiplin. Ia berhasil diangkat menjadi PNS dua tahun kemudian. Namun di tahun ke-4 hidupnya tak juga berubah. Pas-pasan. Sementara kebutuhan hidup makin lama makin meningkat, seiring bertambahnya jumlah anggota keluarga.
Bingung dengan kondisi seperti itu, ditambah dengan kegelisahan yang menghantui akibat tak dapat menyalurkan bakatnya di bidang bangunan yang sesuai dengan pendidikannya itu, akhirnya Pak Amat berani mengambil keputusan untuk mengubah hidupnya. Ia dengan berani mengundurkan diri sebagai PNS, sebuah langkah yang mungkin dianggap gila di zaman sekarang.
Pak Amat memutuskan untuk membantu bisnis pamannya seorang pemborong di bidang perumahan. Ia bekerja dengan penuh semangat karena ia memang terlatih di bangku sekolah sebagai pekerja bangunan atau membuat bangunan. Sedikit demi sedikit ia meyerap ilmu dan trik bisnis property. Bekerja dan belajar. Ia baru memutuskan menjadi pemborong secara mandiri setelah merasa siap dan paham seluk beluk pekerjaan di bisnis properti.
Ia pindah ke kota yang baru berkembang di Kepulauan Riau untuk memperbesar usahanya. Ia memilih pekerjaan pembangunan dan rehab rumah pribadi karena untuk langsung bermain skala besar saingan dan modal sungguh berat. Sementara itu ia hanya pendatang yang memiliki skill terbatas.
Pak Amat berusaha meningkatkan kualitas pekerjaannya dari waktu ke waktu. Juga mengikuti trend dan model bangunan terbaru. Ia bekerja dengan memegang teguh prinsip kejujuran. Denga modal itu, pelanggannya dan relasi makin bertambah. Apalagi pelanggan lama merekomendasikan Pak Amat dari mulut ke mulut. Pak Amat akhirnya membentuk perusahaan resmi dan berbadan hukum agar mampu meraih pasar yang lebih besar.
Dengan semangat dan kerja keras yang dilakukan sesuai dengan bakat dan keahliannya dalam bidang properti, pak Amat berhasil menjadi pengusaha yang mapan. Ia berhasil menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang perguruan tinggi, salah seorang meneruskan usahanya.
Untuk kenyamanan hidupnya, pak Amat menyimpan kekayaannya dalam berbagai instrumen investasi, terutama ruko, tanah, dan rumah kontrakan.
memang rezeki itu dari berbisnis paling banyak 99% , sedangkan untuk pegawai hanya 1% saja
ReplyDeletestuju pa Asaz, makasih udah berkunjung
Deletewah cerita pak amat...membuat saya termotivasi...moga2 kedepannya akan lahir pak amat,pak amat lainya di tanah air ini.
ReplyDeleteOK makasih sudah singgah mas,,
Delete