Adakah profesi yang menakutkan, susah ditebak hasil akhirnya tetapi sangat kecil risikonya? Tentara, atau anggota pemadam kebakaran mungkin masuk kateogori syarat bagian pertama. Namun, alamak, bagian kedua tak memenuhi, soalnya profesi itu mempertaruhkan nyawa. Bandingkan dengan penjual polis alias agen asuransi. Paling sial, disambut dengan muka cemberut.
Meski berisiko cukup ringan, jangan sekali-kali menafikan profesi mereka. Banyak agen mengaku, sebelum melakukan penawaran, nervous-nya minta ampun. Badan tak jarang panas dingin. "Banyak orang merasa susah menjual. Padahal ini pekerjaan yang kita lakukan saban hari, sejak kecil pula.
Percaya atau tidak menjual polis asuransi sangat banyak alangannya. Karena proses menjualnya sangat unik. Konon, hanya 5% dari mereka yang bergelut di bidang ini berhasil masuk kategori sukses. Agen asuransi juga harus punya hati lapang dan selalu siap menerima penolakan. Kata "tidak" dari calon nasabah ibarat nasi yang harus dimakan setiap hari.
Tingkat kesulitan bertambah lantaran belum membudayanya kebiasaan berasuransi di negeri ini. Dari sekitar 200 juta-an penduduk Indonesia paling banter hanya 2% yang ikut asuransi. Bandingkan dengan Jepang yang tiap rakyatnya menjadi nasabah lebih dari satu perusahaan asuransi. Atau Filipina dan Thailand yang tingkat kesadarannya sudah mencapai 20%.
Lebih repot lagi, saat ini Indonesia sudah diserbu perusahaan asuransi asing. Lengkap dengan agen-agen mereka yang kualitasnya tak kalah dengan "Agen 007" versi industri asuransi.
Kalau tak mau premi masyarakat tersedot ke luar negeri, kita harus punya ujung tombak (agen asuransi) yang tangguh. Artinya, agen asuransi harus lebih andal, minimal menyamai "Agen 007".